EDITORIAL
Abstract
Membangun pengetahuan itu tidak bisa menghindari dari pilihan-pilihan: Ada yang lebih diutamakan karena minat pribadi, ada yang lebih mendesak, ada yang lebih berdampak dan berbagai alasan lainnya. Membangun pengetahuan arsitektur pun tidak bebas dari hal-hal itu. Bahkan, bukan hanya pada pilihan-pilihan teknis, tapi juga ideologis. Mengapa kita lebih hafal perkembangan pembabakan sejarah arsitektur Eropa ketimbang sejarah arsitektur-arsitektur di Indonesia?Mengapa mempelajari arsitektur-arsitektur di Indonesia? Selain bahwa itulah yang ada pada kita, juga kita sendiri kurang mengenalnya. Ada masa ketika studi tentang arsitektur lokal benar-benar berada di luar perhatian para arsitek. Bisa dimaklumi, karena bila yang kita kenal adalah yang tersedia datanya, maka data mengenai arsitektur adat di Indonesia ini amat kurang mewakili kekayaan yang ada. Sebagai bahan kajian, mereka seolah terpinggirkan sehingga riwayat interaksi manusia Indonesia dengan alamnya tidak terlacak dan tidak terdokumentasikan dengan lengkap. Syukurlah, beberapa hasil penelitian dalam edisi ini telah mengusahakan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang arsitektur adat di Indonesia. Arsitektur adat selalu berkait dengan alam. Alam merupakan “Ibu” dari keberadaan arsitektur adat. Keterkaitan inilah yang agaknya perlu kita tengok lagi, perlu kita kaji lagi untuk mendapatkan perspektif yang lebih relevan di tengah krisis lingkungan yang menghadang.